Ilmu Hubungan Masyarakat IISIP Jakarta Belajar “MPR”, Ternyata Seperti Ini Penjelasannya!

Suasana Dosen mata kuliah MPR Zahra Natty Fakhrana, S.I.Kom, M.I.Kom, menjelaskan materi terkait pemasaran hubungan masyarakat, kepada mahasiswa IISIP Jakarta di ruang kelas V1.1 IISIP Jakarta, Rabu (5/3/2025). (Foto: Muhamad Farhan)

JAKARTA, IISIP – Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang dikenal dengan fokus pendidikannya di bidang ilmu sosial dan politik. Salah satu konsentrasi yang terdapat di IISIP Jakarta yakni Ilmu Hubungan Masyarakat (Humas), yang bertujuan untuk mencetak lulusan yang kompeten dalam dunia komunikasi dan hubungan publik.

Konsentrasi Ilmu Hubungan Masyarakat (Humas) di IISIP Jakarta, termasuk ke dalam Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) yang dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang teori-teori dan praktis seputar Ilmu Hubungan Masyarakat. Salah satunya yang dapat membekali mahasiswa terkait ilmu tersebut, yaitu mata kuliah Marketing Public Relations (MPR).

Mata kuliah MPR merupakan strategi komunikasi yang menggabungkan prinsip-prinsip pemasaran dan hubungan masyarakat untuk membangun, mempertahankan, dan meningkatkan citra serta reputasi suatu merek, produk, atau organisasi. Mata kuliah ini mengajarkan bagaimana hubungan masyarakat dapat digunakan untuk mendukung tujuan pemasaran melalui komunikasi yang efektif dengan audiens target.

Ketua Konsentrasi Ilmu Hubungan Masyarakat (Humas) IISIP Jakarta Zahra Natty Fakhrana, S.I.Kom, M.I.Kom menjelaskan, bahwa di IISIP Jakarta sendiri terkait mata kuliah ini. Mahasiswa dapat belajar mengenai bagaimana cara mengintegrasikan berbagai elemen komunikasi pemasaran, diantaranya terdapat seperti advertising, sales promotion, direct marketing, sponsorship, e-communications, dan relationship marketing.

Jika melihat berdasarkan penjelasannya, mata kuliah ini sekilas tidak jauh berbeda dengan periklanan. Namun, hal yang sebenarnya tentu jauh berbeda, sebab MPR menggunakan pendekatan hubungan masyarakat (Public Relations) untuk mendukung strategi pemasaran dengan membangun citra, kepercayaan, dan kredibilitas merek melalui komunikasi yang tidak berbayar atau bersifat organik.

“MPR itu lebih menjelaskan tentang suatu produk, apakah itu keunggulannya, kekurangannya, manfaatnya, produknya jenis apa, dan lain sebagainya. Jadi bercerita mengenai produk (product knowledge), tapi tidak menyuruh orang untuk membeli. Dan perbedaan yang paling mencoloknya adalah MPR itu memasarkan produk dan jasa berdasarkan sudut pandang PR sementara periklanan tidak berdasarkan sudut pandang PR,” katanya.

“Atau misalnya seperti event Giant Juice Bar. Jadi, di sana para tamu yang hadir di event tersebut boleh mencoba jus yang telah disediakan secara gratis. Artinya, mereka tidak dipaksa untuk membeli, tapi kalau mau beli ya boleh. Berbeda dengan iklan, kalau iklan mengesankan kita itu harus membeli. Di periklanan menitikberatkan pada bagaimana strategi untuk merancang supaya iklan ini kreatif, iklan ini menarik sehingga orang tertarik untuk membeli. Titik akhirnya adalah bagaimana penjualan ini bisa baik,” sambungnya.

MPR juga tidak hanya sekadar materi mengenai pemasaran yang dilakukan dengan komunikasi. Tetapi secara praktiknya terdapat juga bentuk proses komunikasi yang terjadi, salah satunya ketika seseorang mempublikasikan produknya di media sosial, adanya hal tersebut juga dapat dikatakan mereka sudah menerapkan MPR.

“MPR itu bisa dipraktikkan di kehidupan sehari-hari. Misalnya, bercerita di media sosial, mereka foto produknya, mereka review pengalaman mereka menggunakan produk tersebut, dan lain-lain. Artinya dengan mereka memposting produk tersebut dan bercerita, product knowledge nya sudah baik karena MPR itu untuk mengetahui product knowledge,” jelasnya.

Adapun, mahasiswa IISIP Jakarta yang telah mendapatkan ilmu terkait mata kuliah tersebut, dengan memahami konsep dan strategi MPR, maka mereka dapat memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan di berbagai industri. Sebab, output dari ilmunya yang bisa diterima mahasiswa dapat diterapkan ketika kelak terjun ke dalam dunia pekerjaan.(Muhamad Farhan)