Suasana saat berlangsungnya diskusi terkait kegiatan bedah buku Ekonomi Nusantara Antitesis Ekonomi Biru yang di gelar WALHI, Kamis (19/6/2025). Foto: IISIP Jakarta

JAKARTA, IISIP – Biro Humas Promosi, dan Kerja Sama (BHP) Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, hadiri kegiatan bedah buku yang berjudul “Ekonomi Nusantara Antitesis Ekonomi Biru” yang digelar oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) di Kantor Eksekutif Nasional Walhi (Gerai O’Balihara), Jakarta Selatan, Kamis (19/6/2025).

Berdasarkan surat nomor 132/PME/WALHI/VI/2025, WALHI mengundang Kampus Tercinta IISIP Jakarta sebagai perwakilan dari institusi perguruan tinggi guna ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi bedah buku ini. Kehadiran Kampus Tercinta langsung diwakilkan oleh BHP IISIP Jakarta yakni Oddie Bagus Saputra, S.Sos, M.A.

Baca Juga:

“Prodi Kesos Gandeng Enam Lembaga Layanan Sosial untuk Program Magang Industri”

https://iisip.ac.id/index.php/2025/04/18/prodi-kesos-gandeng-enam-lembaga-layanan-sosial-untuk-program-magang-industri/

Buku Ekonomi Nusantara Antitesis Ekonomi Biru tersebut, lahir atas dasar pengembangan dan praktik masyarakat yang selama ini memiliki bukti berkelanjutan dan memiliki daya pulih dalam pengelolaan sumber-sumber kehidupan. Salah satunya terdapat pada pengetahuan dan praktik di masyarakat ekosistem pesisir, laut, dan pulau kecil, sehingga WALHI melakukan analisis terkait hal tersebut yang dapat disandingkan dengan realitas, fenomena, serta kebijakan yang berlaku saat ini.

Baca Juga:

“Mahasiswa IISIP Jakarta Hadiri Acara Indonesia Child OnLine Protection (ID-COP)

https://iisip.ac.id/index.php/2025/02/27/mahasiswa-iisip-jakarta-hadiri-acara-indonesia-child-online-protection-id-cop/

Diskusi ini berlangsung mulai dari pukul 13.00 hingga 16.30 WIB yang menghadirkan lima narasumber, yakni dua penulis buku Parid Ridwanuddin dan Muhammad Karim, serta tiga pembicara lainnya yang berasal dari lembaga pemerintahan dan organisasi.

Memasuki 30 menit akhir, acara ini juga memberikan kesempatan kepada audiens untuk melakukan komunikasi dua arah, sehingga tidak sedikit dari mereka yang ingin memberikan berbagai pertanyaan kepada narasumber untuk membedah isi buku yang telah diterbitkan. (Muhamad Farhan)