Mata Kuliah Komunikasi Kelompok IISIP Jakarta Tekankan Pentingnya Dinamika dan Kerja Sama Tim

Potret Dra. Sri Dewi Ningsih, M.Si. Dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Kelompok IISIP Jakarta. Foto: IISIP Jakarta

JAKARTA, IISIP – Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP Jakarta) terus memperkuat pembelajaran berbasis interaksi sosial dan kolaborasi, penerapan pembelajaran tersebut salah satunya melalui mata kuliah Komunikasi Kelompok. Mata kuliah ini bertujuan membekali mahasiswa tentang bagaimana sebuah kelompok bekerja, berinteraksi, hingga mencapai tujuan bersama secara efektif.

Baca Juga:

“Film dan Dokumenter IISIP Jakarta: Membangun Kreativitas dalam Dunia Sinema”

https://iisip.ac.id/index.php/2025/11/02/film-dan-dokumenter-iisip-jakarta-membangun-kreativitas-dalam-dunia-sinema/ 

Dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Kelompok IISIP Jakarta Dra. Sri Dewi Ningsih, M.Si. menjelaskan, bahwa kelompok tidak hanya sebatas kumpulan individu, melainkan memiliki ikatan kuat di dalam proses komunikasi yang terjadi. “Komunikasi Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi berdasarkan norma kelompok, memiliki tujuan atau kepentingan bersama, dan yang terpenting memiliki ikatan psikologi. Sehingga antara satu kelompok dengan kelompok lain, dia bisa melakukan share and care,” ungkapnya.

Sri Dewi menegaskan bahwa komunikasi kelompok memiliki aspek berbeda dibandingkan komunikasi antar pribadi, hal ini terdapat pada batasan jumlah hingga dinamika formal maupun informal yang mempengaruhinya. Sedangkan komunikasi antar pribadi cenderung bersifat lebih intim dan berkembang seiring meningkatnya kedekatan antara dua pihak.

“Pasti ada, jadi komunikasi kelompok itu biasanya dilakukan secara formal maupun informal. Kalau informal contohnya seperti yang peer group, di mana anggota kelompoknya itu minimal terdiri dari tiga orang atau biasa yang disebut dengan small group, sementara kalau large group biasanya para ahli menyebut bahwa kalau jumlahnya terdapat 20 hingga 25 orang, itu sudah bisa dikatakan sebagai large group,” jelasnya.

“Biasanya dalam komunikasi antar pribadi tidak memiliki tujuan di awal atau komunikasinya belum jelas. Namun, semakin intim hubungan antara dua orang tersebut, maka tujuannya semakin jelas,” tambahnya.

Lebih dari sekadar teori, mata kuliah ini memberikan pemahaman mendalam mengenai kondisi psikologis dan sosiologis yang muncul dalam kelompok. Mahasiswa diajak memahami pola kerja sama, potensi konflik, hingga munculnya pemikiran kolektif.

“Mahasiswa itu tidak hanya memahami tentang jenis-jenis kelompok saja, tetapi mereka juga bisa memahami karakteristik lain di dalam kelompok, seperti dinamika kelompok, konflik yang terjadi di dalam kelompok, atau pikiran kelompok, dan ada juga prestasi kelompok. Sehingga ketika mahasiswa bisa memahami semua ini, maka diharapkan mereka bisa melakukan komunikasi yang lebih efektif,” tutur Sri Dewi.

Meski demikian, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih strategis, baik dalam organisasi maupun lingkungan profesional lainnya. Menurut Sri Dewi, materi yang dipelajari tidak hanya relevan di bangku kuliah, tetapi juga menjadi kompetensi penting saat mahasiswa memasuki dunia kerja yang sarat kolaborasi tim.

“Kalau di dunia kerja, ketika mahasiswa sudah belajar komunikasi kelompok. Mereka bisa mampu melakukan teamwork dengan baik, menganalisis konflik, kemudian mereka bisa mudah menyesuaikan diri di dalam kelompok bahkan dia mampu untuk menganalisah pemikiran kelompok,” jelasnya.

Berbekal ilmu tersebut, lulusan Ilmu Komunikasi IISIP Jakarta diharapkan dapat berkontribusi secara aktif dalam proses kerja tim serta memahami dinamika kelompok secara profesional. (Muhamad Farhan)