
Potret Sigit Akbar alumni Kampus Tercinta hadiri ke podcast IISIP Jakarta. Foto: Muhamad Farhan
JAKARTA, IISIP – Dunia jurnalistik terus mengalami perubahan signifikan seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Media yang dahulu identik dengan koran, majalah, dan tabloid kini telah bertransformasi menjadi platform digital yang serba cepat dan dinamis.
Baca Juga:
“Azizah Hanum, Alumni IISIP Jakarta Jadi Bintang Layar Kaca” https://share.google/hqzch3VJ9P5oNmnZR
Pergeseran dari media cetak ke media online bukan sekadar perubahan bentuk, melainkan juga perubahan cara berpikir, bekerja, dan berinteraksi antara jurnalis dan pembaca.
Jika dahulu masyarakat menunggu berita terbit setiap pagi melalui koran, kini informasi dapat diakses setiap detik melalui gawai. Media online menghadirkan kecepatan dalam penyajian berita sekaligus kemudahan akses di mana saja dan kapan saja.
Inovasi ini tidak hanya mempengaruhi pola konsumsi informasi masyarakat, tetapi juga menuntut para Jurnalis untuk beradaptasi dengan teknologi digital.
Transformasi tersebut melahirkan bentuk baru dalam praktik jurnalistik, yakni jurnalistik digital. Jurnalis kini tidak hanya dituntut mampu menulis berita dengan baik, tetapi juga harus memahami multimedia, analisis data, hingga strategi penyebaran informasi di media sosial, seperti X, Instagram, dan TikTok yang ikut mengubah cara masyarakat mengkonsumsi dan menanggapi berita.
Hal ini juga turut disampaikan oleh Head of Digital Pantau.com yakni Sigit Akbar, yang sekaligus alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP Jakarta) saat jumpa dipodcast IISIP Jakarta. Menurutnya pergeseran arah tersebut semakin nyata dalam dunia jurnalistik, sebab selain mengikuti kecanggihan teknologi, namun terdapat sisi kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi informasi secara cepat, sehingga perubahan tersebut dapat dimanfaatkan media secara baik untuk beradaptasi.
“Kalau berbicara masalah perubahan ya, memang pada dasarnya zaman itu juga mengikuti. Artinya, ketika saya masih berkuliah masih banyak beredar koran, atau bahkan sudah memasuki fasenya ke online. Menurut saya itu sudah terjadi pergeseran yang lumayan luar biasa sekarang,” katanya.
“Di era 2010 hingga 2020 atau mungkin sekarang sudah berubah lagi trennya. Dahulu yang berawal dari koran dan berubah menjadi online, namun kini secara psikologi non-pembacanya bisa berubah ke format lain,” sambungnya.
Meski demikian, pergeseran ke media digital juga menimbulkan tantangan baru, arus informasi yang begitu cepat sering kali diiringi dengan maraknya berita bohong atau hoaks. Hal tersebut membuat peran Jurnalis semakin penting untuk menjaga kebenaran dan keakuratan informasi di tengah banjir konten digital.
Sebagai mahasiswa komunikasi dan jurnalistik, khususnya di IISIP Jakarta, memahami perubahan ini menjadi bekal penting untuk menghadapi dunia kerja masa depan. Pergeseran media bukan lagi sesuatu yang akan datang, melainkan kenyataan yang sedang terjadi. Kemampuan beradaptasi dan penguasaan teknologi, dapat menjadi kunci utama agar tetap relevan dalam industri media yang terus berkembang. (Muhamad Farhan)








