Potret Sulthon mahasiswa IISIP Jakarta yang berkuliah sambil menjalani bisnis arang briket. Foto: Instagram @dbriket.cheacoal
JAKARTA, IISIP – Menjadi mahasiswa sekaligus pelaku bisnis bukanlah hal yang mudah, namun semakin banyak anak muda yang memilih jalan tersebut. Kehidupan kampus yang dinamis, ditambah dengan semangat kemandirian, mendorong sebagian mahasiswa untuk berani melangkah ke dunia usaha sejak dini.
Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran pola pikir mahasiswa yang tidak hanya berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga pada pencapaian di bidang wirausaha. Berbekal kreativitas, kemampuan membaca peluang, serta kemudahan akses teknologi, mahasiswa kini mampu membangun bisnis sendiri bahkan di sela kesibukan perkuliahan.
Baca Juga:
“Sharing Session 3: Perencanaan Digital Marketing Untuk UMKM”
https://share.google/M5KnQHyQldZJbDKfH
Seperti salah satunya terdapat pada mahasiswa Kampus Tercinta Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, yakni Muhammad Sulthon Abdillah dari Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Konsentrasi Ilmu Hubungan Masyarakat. Sulthon membuka usaha dengan cara memproduksi arang briket.
Melihat dari perbincangan ketika dirinya berada di podcast IISIP Jakarta, Sulthon menjelaskan bahwa menyelam ke dalam dunia bisnis arang briket memiliki nilai tersendiri dibandingkan jenis arang lainnya. Sebab, selain marketnya dapat tersebar luas, arang ini juga memiliki daya tahan yang cukup lama ketika digunakan.
“Arang briket ini tuh bisa tahan lama empat sampai lima jam. Arang ini punya value dibandingkan dengan arang batok biasa,” jelasnya.
Meski menjalani dua peran sekaligus tentu bukan tanpa tantangan. Sulthon kerap kali menerima perlakuan yang dapat merendahkan dirinya, namun hal ini membuat dirinya tidak jatuh, alih-alih tindakan tersebut justru dijadikan Sulthon sebagai bahan bakar untuk mengembangkan bisnisnya.
Kendati demikian, manfaat yang diperolehnya cukup besar. Selain menambah pengalaman, menjadi mahasiswa berbisnis dapat melatih mental kemandirian, keterampilan komunikasi, hingga kemampuan mengelola keuangan. (Muhamad Farhan)