IISIP Jakarta Undang Taufik Ismail pada Kuliah Pakar Tamu
Tim dosen mata kuliah bahasa Indonesia Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta menggelar kuliah pakar tamu semester Genap 2016/2017 dengan mengusung topik “Literasi bahasa dan Sastra Indonesia di Perguruan Tinggi”. Pada kegiatan ini, tim dosen mengundang Taufik Ismail yang merupakan sastrawan Indonesia sebagai narasumber. Acara tersebut dihadiri oleh Dekan Fikom, tim dosen bahasa Indonesia, dan mahasiswa yang berjumlah sekitar 250 orang.
Acara ini digelar di Auditorium IISIP Jakarta pada Kamis (6/4), mulai pukul 13.00 hingga 15.30 WIB. Acara yang berdurasi dua jam tersebut berjalan dengan lancar. Para penonton terlihat antusias mengikuti acara ini.
Sebelum acara dimulai, mahasiswa menampilkan musikalisasi puisi karya Taufik Ismail yang berjudul Dengan Puisi Aku. Kemudian, acara dilanjutkan dengan pembukaan oleh Dekan Fikom, yakni Dr. Murhanetti Syas, M.Si. dan dilanjutkan penyampaian materi oleh Taufik Ismail.
Taufik Ismail menuturkan, kami sangat merindukan anak bangsa yang tekun membaca. Hasil temuan penelitian sastrawan Indonesia menunjukkan, kewajiban membaca buku sastra di SMA dari 13 negara, SMA Forest Hills Amerika Serikat membaca 32 judul buku dalam waktu 4 tahun. Sedangkan, kewajiban membaca buku sastra di berbagai SMA di Indonesia adalah 0 buku dalam waktu 61 tahun.
“Menurunnya minat membaca di Indonesia karena buku-buku tersebut tidak dibaca. Ketika ujian, di dalam soal hanya ditanya apa judul buku dan siapa pengarangnya. “Mahasiswa tidak dilatih menulis, yang diajarkan hanya seputar tata bahasa saja, yakni apa itu fonem dan morfem. Tetapi, mereka tidak dilatih keterampilan menulis,” ungkapnya, Di Indonesia, pelajaran tata bahasa yang diajarkan di SMA hanya 70%, artinya tujuh kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan SMA di Amerika Serikat. Pembelajaran sastra, mengarang, dan berbicara terlantar selama 61 tahun lamanya. Guru harus meningkatkan minat baca siswa dan melatih keterampilan menulisnya.
Ia mengatakan, paradigma baru pengajaran sastra di sekolah yang bisa diterapkan guru. Pertama, siswa dibimbing memasuki sastra secara asyik, nikmat, dan gembira. Kedua, siswa membaca langsung karya sastra berupa puisi, cerita pendek, novel, drama, dan esai, bukan melalui ringkasan. Untuk itu, buku-buku yang disebut dalam kurikulum harus tersedia di perpustakaan sekolah sebanyak 50 eksemplar. Ketiga, kelas mengajar harus diselenggarakan secara menyenangkan.
“Dua hal saja yang perlu diajarkan oleh guru di SMA dalam bahasa dan sastra, yaitu membaca buku dan menulis karangan sedangkan tata bahasa dicek dalam karangan. Pembelajaran tata bahasa cukup diajarkan di SD dan SMP saja,” ujarnya.