Desainer Komersil Bukanlah Seniman
“Giant” Prasetiyo Hermanto, Managing Director Sam Creative Group Indonesia: Desainer Komersil Bukanlah Seniman
Desain visual di Indonesia secara umum dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori, yakni desain rakyat, desain pemerintah dan yayasan, dan desain komersial. Masing-masing varian dari katagori ini mempunyai ciri-ciri yang khas. Desain rakyat dapat dikenali dengan gaya berlebihan, subyektif dan berpola. Ciri yang berbeda dapat ditemukan pada desain pemerintah dan yayasan yang bergaya center, huruf condensed tebal dan ada kandungan filosofisnya. Sedangkan gaya dinamis, objektif dan terstruktur merupakan ciri khas dari desain komersial. Demikian hal ini diungkapkan “Giant” Prasetiyo Hermanto, Managing Director Sam Creative Group Indonesia dalam Kuliah Pakar Tamu, di Ruang AVA-B IISIP Jakarta, Kamis (19/5).
Kuliah umum yang bertajuk “Teknik Desain Iklan dan Aspek Budaya” ini dihadiri para mahasiswa dan segenap dosen di lingkungan Fikom. Acara yang diselenggarakan Prodi Kommas D3 ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fikom Dr. Hj. Mulharnetti Syas, MS. Dalam sambutannya, Dekan Fikom juga berpesan agar para mahasiwa dapat menimba ilmu dan pangalaman dari praktisi periklanan.
Berdasarkan pengalaman Giant, desain komersil banyak dipakai desainer dalam mengeksekusi sebuah pesan iklan. “Seorang desainer bukanlah seorang seniman,” kata Giant. Ada batasan-batasan yang membedakan prosfesi keduanya. “Seniman itu mencari inspirasi, idealis pada aliran, berkerja sesukanya, desainer tidak dimikian. Desainer menciptakan inspirasi berdasarkan permintaan, berkerja deadline.” tegasnya.
Giant juga mengingatkan, desain yang efektif adalah desain dengan logika rasional ke emosional. Berdasarkan pengalamannya, seorang desainer visual komersil harus mau terus belajar dengan memperbanyak networking, berinteraksi dengan komunitas yang berbeda-beda, serta punya agenda traveling, dan gemar berkunjung ke tempat-tempat mempunyai nilai sejarah dan budaya.